Ledakan Meteor Rusia Setara Dengan 20 Bom Hiroshima




Dengan cahaya yang menyilaukan dan gelombang kejut yang luar biasa, sebuah meteor jatuh di Chelyabinks, Siberia, Rusia. Dampak ledakannya telah melukai lebih dari 1.000 orang serta membuat kepanikan massal di kota berpopulasi 1 juta orang itu.

Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) memperkirakan meteor itu hanya seukuran bus dan berbobot sekitar 7.000 ton. Namun, kekuatannya sangat dahsyat, 20 kali bom atom dan bola api yang ditimbulkannya terlihat sangat dramatis.

Menurut warga kota itu, peristiwa alam itu seperti yang mereka saksikan seperti di film-film. "Saya terbangun karena ada ledakan. Rasanya, seluruh gedung ini terlempar," kata Igor Chudnovsky, seorang eksekutif perusahaan di Chelyabinsk, seperti dikutip USA Today.

"Saya melihat cahaya, seperti ledakan nuklir, seperti yang saya lihat di film-fim dokumenter," lanjutnya.

Meteor yang meluncur ke wilayah barat Siberia itu masuk atmosfer Bumi pada pukul 09.20 pagi waktu setempat dengan kecepatan sedikitnya 54.000 kilometer per jam dan meledak di ketinggian 30-50 kilometer, kata Akademi Sains Rusia.

Sementara NASA memperkirakan kecepatannya 64 kilometer per jam dan meledak di ketinggian 19-24 kilometer. Meteor itu mengeluarkan 300-500 kiloton energi dan meninggalkan jejak sepanjang 480 kilometer.

"Ada kepanikan. Orang-orang tidak tahu yang sedang terjadi," kata Sergey Hametov, warga Chelyabinks.

"Kami melihat ledakan cahaya di udara, lalu keluar rumah untuk melihat yang terjadi dan kami mendengar ledakan yang sangat keras menggelegar di udara," tutur Hametov kepada Associated Press.

Gelombang kejutnya diperkirakan memecahkan kaca seluas 100.000 meter persegi, menurut pejabat kota. Tak kurang dari 3.000 gedung di kota itu rusak.

Menurut Kementerian Dalam Negeri, lebih dari 1.000 orang dirawat di rumah sakit. Sebagian besar korban terluka akibat pecahan kaca.

Para ilmuwan memperkirakan kekuatan yang dikeluarkan meteor itu 20 kali kekuatan bom atom Hiroshima, meskipun benda ruang angkasa itu meledak di altitud yang lebih tinggi.

Ilmuwan dari Jet Propulsion Laboratory NASA, Amy Mainzer, mengatakan, atmosfer Bumi menjadi semacam tameng. Mainzer menjelaskan, gelombang kejut yang ditimbulkan memang menghancurkan kaca, tetapi "atmosfer menyerap sebagian besar energi itu."

Juru bicara Kementerian Situasi Tanggap Darurat Vladimir Purgin mengatakan, banyak korban terkena pecahan kaca karena mereka berdiri sangat dekat dengan jendela untuk melihat penyebab cahaya yang menyilaukan, yang bahkan lebih terang dari matahari itu.

Sampai saat ini belum ada laporan soal adanya korban tewas dalam peristiwa yang sangat langka itu.

Follow On Twitter